Bacaan Sholat Sesuai Tuntunan Nabi Muhammad SAW


Shalat merupakan ibadah yang pertama kali bakal dihisab diakhirat nanti. Ibadah shalat sudah ada tuntunannya dari Rasulullah SAW, baik dari segi gerakan maupun bacaannya. Sobat semua tentunya bisa mengetahuinya dari hadits beliau yang diriwayatkan oleh para sahabat dan istri beliau. Oleh karena shalat ini sudah ada tuntunannya, maka kita sebagai umatnya tentu ibadah shalat yang kita lakukan juga harus sesuai dengan yang dicontohkan beliau baik gerakan maupun bacaannya. Kali ini Saya akan menulis tentang bacaan sholat sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW.

Beberapa perbedaan pendapat dari para ulama dalam bacaan dan gerakan sholat hendaknya dijadikan dorongan semangat bagi kita untuk mempelajari ilmu agama secara lebih jauh lagi melalui sumber-sumber yang sunnah dan dari para ulama yang sudah diakui kebersihan aqidah dan keilmuannya.

NIAT
Niat berarti menyengaja untuk sholat, menghambakan diri kepada Allah Ta’ala semata, serta menguatkannya dalam hati. Nabi Muhammad bersabda:  “Semua amaliah itu tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapatkan apa yang sesuai dengan niatnya.”

TAKBIRATUL IHROM
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu memulai sholatnya dengan takbiratul ihrom yakni mengucapkan Allahu Akbar di awal sholat dan beliau pun pernah memerintahkan seperti itu kepada orang yang sholatnya salah.

Nabi Muhammad bersabda: “Jika engkau akan mengerjakan sholat, maka sempurnakanlah wudhumu dahulu kemudian menghadaplah ke arah kiblat, lalu ucapkanlah takbiratul ihrom.”  (Muttafaqun ‘alaihi).

An Nawawi berkata, “…adapun selain imam, maka disunnahkan baginya untuk tidak mengeraskan suara ketika membaca lafadz takbir, baik apakah dia sedang menjadi makmum atau ketika sholat sendiri. Anjuran untuk tidak mengeraskan suara ini kalau kondisi dia tidak mendapati halangan seperti adanya suara gaduh yang mengganggu. Batas minimal suara yang pelan adalah bisa didengar oleh dirinya sendiri jika pendengarannya normal.

Aturan ini berlaku untuk segala kondisi, baik disaat sedang membaca surat, membaca tasbih ketika ruku’, takbir, tasyahud, salam dan doa-doa dalam sholat baik yang hukumnya wajib maupun sunnah…” beliau melanjutkan, “Demikianlah nash yang dikemukakan Syafi’i dan disepakati oleh para pengikutnya. Imam Syafi’i berkata dalam kitabnya yang cukup masyhur yaitu Al Umm : ‘Hendaklah suaranya dapat didengar sendiri dan oleh orang yang berada di sampingnya. Tidak patut dia menambah volume suara lebih dari ukuran itu.’

DO'A IFTITAH/ISTIFTAH
Doa iftiftah yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bermacam-macam. Dalam doa iftiftah tersebut beliau mengucapkan pujian, sanjungan dan kalimat keagungan untuk Allah.

Adapun bacaan doa iftiftah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diantaranya adalah:

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

“Allah Maha Besar dengan segala kebesarannya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang”

اللَّهِ أَكْبَرُ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ

“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, semata-mata hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji”.

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ

“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, pujian yang baik dan pujian yang penuh keberkahan di dalamnya”

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِى مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَاىَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

“ALLOOHUUMMA BAA’ID BAINII WA BAINA KHOTHOOYAAYA KAMAA BAA’ADTA BAINAL MASYRIQI WAL MAGHRIBI, ALLAAHUMMA NAQQINII MIN KHATHAAYAAYA KAMAA YUNAQQATS TSAUBUL ABYADHU MINAD DANAS. ALLAAHUMMAGHSILNII BIL MAA’I WATS TSALJI WAL BARADI”

“Ya, Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari segala kesalahan sebagaimana membersihkan baju putih dari kotoran. Ya, Allah cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun.”
(HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah).

Atau kadang-kadang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga membaca :

 وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ  إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ 

“WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII FATARAS SAMAAWAATI WAL ARDHA HANIIFAN [MUSLIMAN] WA MAA ANA MINAL MUSYRIKIIN.  INNA SHOLATII WANUSUKII WAMAHYAAYA WAMAMAATII LILLAHI RABBIL ‘ALAMIIN.  LAA SYARIIKALAHU WABIDZALIKA UMIRTU WA ANA AWWALUL MUSLIMIIN. 

“Aku hadapkan wajahku kepada Pencipta seluruh langit dan bumu dengan penuh kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sesengguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semata-mata hanya untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sesuatu pun yang menyekutui-Nya. Demikianlah aku diperintah dan aku termasuk orang yang pertama-tama menjadi muslim.

اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ لِي إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

ALLAHUMMA ANTAL MALIKU,  LAA ILAAHA ILLA ANTA ANTA RABBII WA ANA ‘ABDUKA, DHALAMTU NAFSII, WA’TARAFTU BIDZAMBI, FAGHFIRLII DZUNUUBI JAMII’AN, INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLA ANTA.  WAHDINII LI AHSANIL AKHLAAQI LAA YAHDII LI AHSANIHAA ILLA ANTA, WASHRIF ‘ANNII SAYYI-AHAA LAA YASHRIFU ‘ANNII SAYYI-AHAA ILLA ANTA LABBAIKA WA SA’DAIKA, WAL KHAIRU KULLUHU FII YADAIKA. WASY SYARRULAISA ILAIKA.  ANA BIKA WA ILAIKA TABAARAKTA WA TA’AALAITA ASTAGHFIRUKA WAATUUBU ILAIKA”

Ya Allah, Engkaulah Penguasa, tiada Ilah selain Engkau, Engkaulah Rabbku dan aku hamba-Mu, aku telah menganiaya diriku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah semua dosaku. Sesungguhnya hanya Engkaulah yang berhak mengampuni semua dosa. Berilah aku hidayah kepada akhlaq yang terbaik, sebab hanya Engkau-lah yang bisa memberi petunjuk kepada akhlaq yang terbaik dan jauhkanlah diriku dari akhlaq buruk. Aku jawab seruan-Mu, sedangkan segala keburukan tidak berasal dari-Mu. Aku berada dalam kekuasaan-Mu dan akan kembali kepada-Mu, Engkau Maha Mulia dan Maha Tinggi, aku mohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

MEMBACA TA’AWWUDZ
Membaca doa ta’awwudz adalah disunnahkan dalam setiap raka’at, sebagaimana firman Allah ta’ala: “Apabila kamu membaca al Qur-an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (An Nahl : 98). Pendapat inilah pendapat yang paling shohih di kalangan ulama Syafi’iyyah serta diperkuat oleh Ibnu Hazm.

Nabi biasa membaca ta’awwudz yang berbunyi:

“A’UUDZUBILLAHI MINASY SYAITHAANIR RAJIIM MIN HAMAZIHI WA NAFKHIHI WANAFTSIHI”
“Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, dari semburan penyebab gila, dari kesombongannya, dan dari hembusan yang merusak akhlaq.”   

Atau mengucapkan:

“A’UUZUBILLAHIS SAMII’IL ALIIM MINASY SYAITHAANIR RAJIIM…”
“Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk…”

atau

أَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

“A’UUDZUBILLAHI MINASY SYAITHAANIR RAJIIM
“Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.”

MEMBACA AL FATIHAH
Kita semua tahu bahwa membaca surat Al-Fatihah adalah salah satu rukun sholat yang mesti dilakukan sehingga kalau saja sobat melakukan sholat tidak membaca Al-Fatihah maka tidak sah sholatnya berdasarkan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya):

“Tidak dianggap sholat (tidak sah sholatnya) bagi yang tidak membaca Al-Fatihah”

Jadi jelaslah, kalau sedang sholat sendirian maka kita wajib membaca Al-Fatihah, begitu pun pada sholat jama’ah ketika imam membacanya secara sirr (tidak diperdengarkan) yakni pada sholat Dhuhur, ‘Ashr, satu roka’at terakhir sholat Mahgrib dan dua roka’at terakhir sholat ‘Isyak, maka para makmum wajib membaca surat Al-Fatihah tersebut secara sendiri-sendiri secara sirr (tidak dikeraskan suaranya).

Nabi sMuhammad selalu membaca surat Al-Fatihah pada setiap raka’atnya. Membacanya dengan berhenti pada setiap akhir ayat (waqof), tidak menyambung satu ayat dengan ayat berikutnya (washol) berdasarkan hadits riwayat Abu Dawud, Sahmi dan ‘Amr Ad Dani, dishahihkan oleh Hakim, disetujui Adz-Dzahabi.

(بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ (١
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (٢) ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ (٣) مَـٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ (٤) إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ (٥) ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٲطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ (٦) صِرَٲطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ (٧

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukanlah kami pada jalan yang lurus, yakni jalannya orang-orang yang sudah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan mereka yang dimurkai dan bukan mereka yang sesat.

Bagi seseorang yang belum hafal Al Fatihah terutama bagi yang baru masuk Islam, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan solusinya. Nah bagi mereka yang belum hafal surat Al-Fatihah maka membaca :

SUBHANALLAHI, WALHAMDULILLAHI, WA LAA ILAHA ILLALLAHU, WALLAHU AKBAR, WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLA BILLAHI
“Maha Suci Allah, Segala puji milik Allah, tiada Ilah (yang haq) kecuali Allah, Allah Maha Besar, Tiada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan Allah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

“Jika kamu hafal suatu ayat Al-Qur-an maka bacalah ayat tersebut, jika tidak maka bacalah Tahmid, Takbir dan Tahlil.”  (Hadits dikeluarkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi dihasankan oleh At-Tirmidzi, tetapi sanadnya shahih, baca Shahih Abi Dawud hadits no. 807).

MEMBACA AMIN
Membaca amin itu disunnahkan bagi imam sholat dengan mengeraskan suaranya. Hal itu merupakan pendapat Al-Imam Al-Bukhari, As-Syafi’i, Ahmad, Ishaq dan para imam fikih lainnya. Dalam shahih Al-Bukhari, dinukil perkataan bahwa Ibnu Al-Zubair membaca amin bersama para makmum sampai seakan-akan ada gaung dalam masjidnya.

Juga perkataan Nafi’: Dulu Ibnu Umar selalu membaca aamiin dengan suara yang keras. Bahkan dia menganjurkan hal itu kepada semua orang. Saya sendiri pernah mendengar sebuah berita tentang anjuran beliau tentang hal tersebut.

Nabi berkata: “Kalau imam membaca amiin, maka hendaklah kalian (makmum) juga membaca amiin.” Hal ini mengisyaratkan bahwa membaca amiin itu hukumnya wajib bagi makmum. Pendapat ini dipertegas oleh Asy-Syaukani. Tetapi kewajiban tersebut bukan hal yang mutlak mesti dikerjakan tanpa syarat oleh makmum. Para makmum baru dikenai kewajiban membaca amiin di kala imam membacanya. Sedangkan untuk imam dan bagi orang yang sholatnya munfarid maka hukumnya hanya sampai batas sunnah.

BACAAN SURAT SETELAH AL FATIHAH
Kita tahu bahwa membaca surat sesudah membaca Al Fatihah dalam sholat, hukumnya sunnah sebab Nabi membolehkan tidak membacanya. Membaca surat Al-Qur-an ini dilakukan pada dua roka’at pertama. Banyak dalil yang menceritakan perbuatan Rasul tentang itu.

Pada sholat munfarid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat-surat yang panjang kecuali dalam kondisi sakit atau sibuk, sedangkan kalau sebagai imam disesuaikan dengan kondisi makmumnya.

Nabi bersabda “Aku sedang mengerjakan shalat dan sangat ingin sekali melama-lamakan bacaan sholat, namun tiba-tiba aku mendengar suara tangis bayi sehingga aku memperpendek sholatku karena aku tahu betapa gelisah ibunya karena tangis bayi itu.”

Dalam satu sholat terkadang beliau membagi satu surat dalam dua roka’at, kadang pula surat yang sama dibaca pada roka’at pertama dan kedua. Kadang-kadang juga Nabi membolehkan untuk membaca dua surat bahkan lebih dalam satu raka’at. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya membaca surat dengan jumlah ayat yang berimbang antara roka’at pertama dengan roka’at kedua.

Untuk sholat yang bacaannya dikeraskan, maka Rasul pun membaca dengan jelas dan keras. Tetapi pada sholat dzuhur dan ashar juga pada sholat maghrib pada roka’at ketiga ataupun dua roka’at terakhir sholat isya’ Nabi membacanya dengan lirih yang hanya bisa diketahui kalau Nabi sedang membaca, itu dilihat dari gerakan pada jenggotnya, namun kadang-kadang Nabi memperdengarkan bacaannya kepada mereka tapi tidak sekeras seperti ketika di-jahr-kan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering membaca suatu surat dari awal sampai selesai. Ketika membaca salah satu surat dari Al-Qur-an, maka Nabi melakukannya secara tartil, tidak lambat juga tidak cepat -sebagaimana diperintahkan oleh Allah- dan beliau membaca satu per satu kalimat, sehingga untuk satu surat saja membutuhkan waktu yang lebih lama jika dibanding pembacaanya biasa atau tanpa dilagukan.

Nabi Muhammad selalu membaca surat dengan suara yang merdu dan bagus sehingga Beliau juga memerintahkan yang demikian itu:

BACAAN RUKU'
Nabi apabila selesai membaca salah satu surat dari Al-Quran, maka Beliau berhenti sejenak, terus mengangkat kedua tangannya sambil bertakbir seperti ketika takbiratul ihrom (setentang bahu atau daun telinga) kemudian ruku'.

Cara ruku’:
  • Jika Nabi mengambil posisi ruku’, maka Beliau selalu menyimpan telapak tangan beliau pada lututnya, dan beliau juga memerintahkan cara itu kepada para sahabatnya.
  • Menekankan tangannya pada lututnya.serta membentangkan punggung.
  • Merenggangkan jari-jemarinya
  • Merenggangkan kedua sikunya dari lambungnya.
  • Posisi kepala dan punggung harus lurus, jadi kepala nggak boleh mendongak dan juga terlalu menunduk, namun posisi pertengahan antara kedua keadaan tersebut
  • Thumaninah/Bersikap Tenang
  • Memperlama Ruku’ 

Adapun doa yang dibaca oleh Rasulullah ada beberapa versi dan semuanya pernah dibaca oleh Nabi, jadi kadang membaca ini kadang yang lain.

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ 

SUBHAANA RABBIYAL ‘ADHZIM  (3 kali atau lebih)
“Maha Suci Tuhanku dan Maha Agung.”

SUBHAANA RABBIYAL ‘ADHZIMI WA BIHAMDIH (3 kali )
“Maha Suci Rabbku lagi Maha Agung dan segenap pujian bagi-Nya.”

سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلَا ءِكَةَ وَالرُّوْحِ

SUBBUUHUN QUDDUUSUN RABBUL MALA-IKATI WAR RUUH 
“Maha Suci, Maha Suci Tuhannya para malaikat dan ruh.”

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

SUBHAANAKALLAHUMMA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII
“Maha Suci Engkau ya, Allah, dan dengan memuji-Mu Ya, Allah ampunilah aku.”

I'TIDAL 
Setelah melakukan ruku secara sempurna dan selesai membaca doa di waktu ruku, maka selanjutnya adalah bangkit dari ruku atau yang kita kenal dengan i’tidal. Waktu bangkit tersebut membaca :

سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH

disertai dengan mengangkat kedua tangan sebagaimana waktu takbiratul ihrom.

Selanjtnya jika posisinya sudah tegak dan bacaan tersebut selesai maka diteruskan dengan bacaan :

 رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ  

RABBANAA LAKAL HAMD 
Rabbku, segala puji kepada-Mu

atau

RABBANAA WA LAKAL HAMD 
Rabbku dan segala puji kepada-Mu

atau

اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ 

ALLAAHUMMA RABBANAA LAKAL HAMD 
Ya, Allah, Rabbku, segala puji kepada-Mu

atau

ALLAAHUMMA RABBANAA WA LAKAL HAMD
Ya, Allah, Rabbku dan segala puji kepada-Mu

Kadang ditambah dengan bacaan:

مِلْءَُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَُ اْلأَرْضِ وَمِلْءَُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْئٍ بَعْدُ 

MIL-ASSAMAAWAATI, WA MIL-ALARDHL, WA MIL-A MAA SYI-TA MIN SYAI-IN BA’D
Mencakup seluruh langit dan seluruh bumi dan segenap yang Engkau kehendaki selain dari itu

Perihal tata cara i’tidal, pendapat ulama terbagi menjadi dua pendapat, sebagian ulama mengatakan sambil sedekap dan yang lainnya mengatakan tidak sambil bersedekap tapi melepaskannya. Bagi yang hendak mengerjakan pendapat yang pertama tidak apa-apa dan bagi siapa yang mengerjakan sesuai dengan pendapat kedua tidak mengapa.

SUJUD
Gerakan sujud ini dikerjakan setelah i’tidal serta thumaninahnya dan yang disertai dengan doanya. Cara sujud :
  • Bersujud pada 7 anggota badan , yakni jidat/kening/dahi dan hidung (1), dua telapak tangan (3), dua lutut (5) dan dua ujung kaki (7).
  • Dilakukan dengan menekan
  • Kedua siku atau lengan tidak boleh mengenai atau nempel pada lantai, melainkan harus diangkat serta dijauhkan dari sisi ambung atau rusuk.
  • Menjauhkan perut/lambung dari kedua paha 
  • Merapatkan jari-jemari 
  • Menegakkan telapak kaki dan saling merapatkan/ menempelkan antara dua tumit
  • Thuma-ninah dan sujud dengan lama

Rasulullah membaca :

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى 

SUBHAANA RABBIYAL A’LAA 3 kali

atau kadang-kadang membaca

SUBHAANA RABBIYAL A’LAA WA BIHAMDIH, 3 kali

atau

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

SUBHAANAKALLAAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAAHUMMAGHFIRLII


DUDUK ANTARA DUA SUJUD
Sesuai namanya maka duduk ini dikerjakan diantara sujud yang ke satu dan yang kedua, pada setiap raka’a. Ada dua macam tipe duduk antara dua sujud, duduk iftirasy (duduk dengan meletakkan pantat pada telapak kaki kiri dan kaki kanan ditegakkan) dan duduk iq’ak (duduk dengan menegakkan kedua telapak kaki dan duduk diatas tumit). Waktu duduk antara dua sujud ini telapak kaki kanan ditegakkan dan jarinya diarahkan ke kiblat.

Bacaannya :

رَبِّ اغْفِرْ لِي رَبِّ اغْفِرْ لِي

RABBIGHFIRLII, RABBIGHFIRLII

atau

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي

"Ya Rabbku, ampunilah dosaku, berilah rahmat kepadaku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku rizki dan berilah aku petunjuk"

atau

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي

ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WA ‘AAFINII WAHDINII WARZUQNII  
Yaa Allah, berilah ampunan untukku , rahmat untukku, kesejahteraan untukku, petunjuk untukku dan rizki untukku.

atau

ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARZUQNII WARFA’NII  

atau

ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WAHDINII WARZUQNII  


DUDUK TASYAHHUD AWWAL DAN TASYAHHUD AKHIR
Tasyahhud awwal dan duduknya merupakan kewajiban dalam sholat. Duduk tasyahhud awwal terdapat hanya pada sholat yang jumlah roka’atnya lebih dari dua (2), pada sholat wajib dilakukan pada roka’at yang ke-2. Adapun duduk tasyahud akhir, maka ini dilakukan pada raka’at pamungkas dan masing-masing tasyahud tersebut dilakukan setelah sujud yang ke dua.

Waktu tasyahhud awwal duduknya iftirasy (duduk diatas telapak kaki kiri)  sedang pada tasyahhud akhir duduknya tawaruk (duduk dengan kaki kiri dihamparkan kesamping kanan dan duduk diatas lantai), pada masing-masing posisi kaki kanan ditegakkan.

Untuk kedua cara duduk tersebut tangan kanan ditaruh di paha kanan sambil berisyarat sedang tangan kirinya ditaruh/terhampar di paha kiri. Sehubungan adanya perbedaan pendapat antara mendiamkan telunjuk yang ditegakkan dengan pendapat menggerak-gerakkan telunjuk, maka dalam blog ini tidak ditentukan mana pilihan yang sebaiknya diikuti.

Bacaan tahiyat akhir sesuai sunnah rasul ini ada beberapa versi, untuk itu hendaklah dipilih yang kuat dan lafadhznya belum ditambah-tambah. Salah satu contoh riwayat yang baik tentang bacaan tasyahud akhir yang shahih sebagai berikut:

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ. السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

"Segala penghormatan, keberkahan, kesejahteraan dan kebaikan bagi Allah. Semoga keselamatan tetap untukmu wahai Nabi, begitu pun rahmat dan keberkahan senantiasa dilimpahkan kepadamu (Muhammad). Semoga juga dilimpahkan kepada kami dan kepada semua hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang hak disembah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah.” 

Ya Allah, limpahkan kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad seperti Kau melimpahkan kesejahteraan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad seperti Engkau memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim dalam seluruh alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Luhur, dan salam seperti yang telah diajarkan pada kalian.” 

التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ

“ATTAHIYYAATU LILLAAHI WAS SHOLAWAATU WATH THAYYIBAAT, ASSALAAMU’ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WA RAHMATULLAAHI WA BARAKAATUH, ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBAADILLAAHIS SHAALIHIIN. 
Segala penghormatan hanya milik Allah, juga segala pengagungan dan kebaikan. Semoga kehormatan selalu tercurahkan kepada engkau wahai Nabi, begitu juga rahmat dan berkah-Nya. Dan juga semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih.

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

ASYHADU ALLAA ILAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA RASULUHU”
Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

“ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA SHALLAITA ‘ALAA AALI IBRAHIIM, INNAKA HAMIIDUM MAJIID. ALLAAHUMMA BAARIK ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BARAKTA ‘ALAA AALI IBRAHIIM, INNAKA HAMIIDUM MAJIID.”
Ya Allah, curahkanlah rahmat kepada Baginda Nabi Muhammad dan juga kepada keluarga Beliau sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia

Segala macam kehormatan, rahmat dan kebaikan adalah milik Allah, semoga keselamatan selalu tercurah padamu wahai Nabi dan juga rahmat Allah dan barakah-Nya. Kiranya keselamatan tetap atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shalih; karena sesungguhnya apabila kalian mengucapkan sudah mengenai semua hamba Allah yang shalih di langit dan di bumi. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang haq disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan juga utusan-Nya. 

“Ya Allah berikanlah Shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada keluarga Ibarahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung. Ya Allah, berkahilah Nabi Muhammad dan juga keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau sudah memberkati kepada keluarga nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.”

Lalu berdo’a berlindung dari empat (4) hal. Hal ini dilakukan pada duduk tasyahhud akhir saja.

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksaan kubur, dari siksa neraka Jahanam, dan dari fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.

atau

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

“ALLAAHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MIN ‘ADZAABI JAHANNAMA WA MIN ‘ADZAABIL QABRI WA MIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT WA MIN FITNATIL MASIIHID DAJJAAL.”
“Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam, siksa kubur, fitnahnya hidup dan mati serta fitnahnya Al-Masiihid Dajjaal.” 

ditambah dengan :

اللَّهُمَّ اغْفِرْ ﻟِﻲ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَﺳْﺮَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَﺳْﺮَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي أَنْتَ الْـمُقَدِّمُ وَ أَنْتَ الْـمُؤَخَّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

"Ya Allâh, ampunilah segala dosaku pada masa lalu dan yang akan datang, yang aku lakukan dengan sembunyi-sembunyi dan yang aku lakukan dengan terang-terangan, serta segala yang telah aku lakukan dengan berlebihan. Engkau lebih mengetahuinya daripadaku. Engkaulah yang terdahulu (Muqoddam) dan Engkaulah yang terkemudian (Muakhkhor), Tidak ada tuhan kecuali Engkau"

SALAM
Salam sebagai tanda berakhirnya gerakan sholat, dilakukan dalam posisi duduk tasyahhud akhir setelah membaca do’a minta perlindungan dari 4 fitnah atau tambahan do’a lainnya.

Cara salam adalah cukup dengan menolehkan wajah kita ke sebelah kanan sambil membaca doa salam, dilanjutkan menoleh ke sebelah kiri. Bacaan salam yang dibaca kadang-kadang beliau membaca:

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

As Salaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh
Semoga keselamatan, rahmat dan berkah Allah tetap atas kalian

atau

As Salaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatu— As Salaamu’alaikum wa rahmatullaahi


atau

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ

As Salaamu’alaikum wa rahmatullaahi

atau

As Salaamu’alaikum wa rahmatullaahi— As Salaamu’alaikum

Sering terlihat orang yang mengucapkan salam ketika menoleh ke kanan dibarengi dengan gerakan telapak tangan dibuka kemudian ketika menoleh ke kiri tangan kirinya di buka. Inilah gerakan tangan yang dilarang oleh Nabi.

Diantara beberapa gerakkan yang termasuk kategori bid’ah yang dikerjakan pada saat salam ialah gerakkan yang selalu dilakukan oleh kaum syi’ah dengan menepukkan kedua tangannya di atas paha tiga kali, sebagai pengganti gerakan salam yang umumnya dilakukan. Hal seperti ini dilakukan oleh syi’ah Iran dan sekitarnya. Makna dari gerakan tersebut ialah melaknat pemimpinnya malaikat yakni Malaikat Jibril, sebab pandangan mereka bahwa Jibril itu telah salah dalam menyampaikan wahyu.

Beberapa artikel yang sering dicari :
- Bacaan sholat menurut hadist
- Tata cara shalat nabi dan dalilnya
- Cara shalat rasulullah yang benar
- Cara sholat ahlussunnah wal jamaah
- Hadits tentang tata cara shalat rasulullah
- Bacaan tasyahud akhir muhammadiyah


Tag : Bacaan Sholat
Back To Top